Kamis, 27 Desember 2007

SHALAT MENDORONG KESEMBUHAN GANGGUAN KEJIWAAN

Apa itu gangguan kejiwaan?
Ganguan kejiwaan adalah seseorang yang mengalami tekanan yang disebut stres lalu mengalami ketidaktenangan. Misalnya orang tersebut menderita sakit badanya dan macam-macam tapi kalau dicari tidak ada penyakitnya, itu berarti ada faktor kejiwaan. Terus seseorang itu mengalami ketakutan, kecemasan, kegelisahan, depresi, lemah semangat, merasa dirinya tidak berguna hingga merasa ingin bunuh diri. Jadi yang terbanyak di dunia kedokteran itu ada cemas, depresi dan stress. Bisa di sembuhkan dengan konsultasi.
Ilmu kedokteran jiwa adalah ilmu yang mempelajari perilaku perasaan seseorang. Pola penanganannya bisa melalui obat. Bila ingin cepat sembuh harus dibarengi dengan shalat, berzikir dan doa. Karena shalat itu bisa membawa ketenangan jiwa. Nah karena gangguan kejiwaan itu sulit dicari asal-usulnya penyakitnya, maka ketenangan ini perlu. Jadi shalat itu sudah ada penmelitian-penelitianya dan bisa membuktikan sangat bagus sekali dan bisa mencegah perbuatan-perbuatan yang bisa menjurus pada ganguan kejiawaan. Misalnya, kalau seseorang itu menjalankan shalat, maka dia akan menjauhi hal-hal yang tidak benar (innal shalata tanha anil fakhsa wal mungkar). Jika shalatnya benar, maka dia tidak akan mengkonsumsi narkotika, alkohol dan berjudi. Korupsi itu juga gangguan kejiwaaan. Karena sudah cukup hidupnya tapi masih korupsi.
Bukankah banyak orang yang shalatnya rutin tapi tidak memperoleh ketenangan jiwa?
Shalat itu kan ritual, salah satu dari rukun Islam. Nah, jika seseorang yang telah rajin melakukan shalat tapi belum tenang, barangkali imannya yang perlu ditingkatkan. Lebih mengimani bahwa Allah itu Maha Pengasih, Pemurah, Mengetahui dan lainnya. Sehingga shalatnya bisa menjadi khusyu.Shalat yang khusyu itu kan pasrah.
Apakah hanya dengan melakukan pendekatan shalat khusyu, orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan tersebut bisa sembuh?
Oh tidak. Mereka juga harus berobat. Tidak bisa hanya dengan shalat saja. Karena Nabi Muhammad SAW menganjurkan agar orang itu harus berikhtiar. Berobat. Nah nantinya disertai dengan shalat.
Di sisi lain, sakit atau tidak sakit, shalat itu kan wajib. Nah dalam shalat itulah orang itu harus memohon agar selalu diberi kesehatan. Lalu ditambah dengan shalat sunnah dan shalat tahajjud. Artinya, meski pun orang itu tidak sakit ya tetap shalat. Cuma jika orang itu sakit barangkali perlu menambah intensitas shalatnya.
Jika diprosentasekan, berapa persen pengaruh shalat dalam proses penyembuhan pasien?
Wah ini tidak bisa diprosentasekan. Ini tergantung pasiennya. Sejauh mana dia sungguh-sungguh melakukan shalat.
Bila si pasien tidak melakukan shalat, apakah dia tidak mudah menjalani proses penyembuhan?
Bisa sembuh juga. Cuman tidak dapat pahala.
Emm... barangkali dia tidak tenang juga. Badannya sih sembuh, tapi kejiwaannya mungkin tidak. Karena agama itu mengobati kejiwaan seseorang. Jadi shalat itu cukup mendorong kesembuhan seseorang dari gangguan kejiwaan yang dialami oleh seseorang.
Selain shalat, adakah ritual lainnya?
Bisa dzikir, doa atau bahkan puasa.
Apakah nama pengobatan yang menggabungkan antara ilmu kejiwaan dengan agama?
Namnaya psikoreligi. Faktor agama dan kedokteran jiwa itu adalah kedua hal yang berdekatan. Bila agama adalah ilmu yang kebenarannya mutlak, sementara psikologi itu adalah ilmu yang bermula dari usaha pencarian manusia. Jadi hubungan antara keduanya adalah imbal-balik.

Wawancara dengan Prof Dr. Dadang Hawari (Psikolog)
Adib Minanurrachim
Dimuat di SC Magazine Vol I

Tidak ada komentar: