Rabu, 19 Desember 2007

“KITA SENANG MENDENGAR AJAKAN PITI”

DI NEGERI ini, barangkali para muballighnya perlu diberi pengetahuan kembali dalam masalah dakwah Islamiyyah. Sebab akhir-akhir ini banyak kelompok Islam yang berdakwah melalui cara-cara kasar, seolah memaksa kepada seseorang. Ini tidak boleh. Karena Islam tidak seperti itu. Islam itu rahmatan lilalamin. Kasih sayang kepada alam, tidak hanya kepada umat manusia. Dalam berdakwah, NU meneruskan pola dakwah wali sembilan yang penuh kesejukan. Tidak ada kata-kata dan tindakan yang cenderung memaksa seseorang.
Salah satu bentuk dari kelompok Islam yang baru tersebut adalah mereka yang ngotot berpendapat bahwa Pancasila ini kurang pas diterapkan di negeri ini dan perlu diganti dengan asas Islam. Sementara dalil yang biasa digunakan adalah karena mayoritas bangsa Indonesia adalah muslim. Usulan ini, sebenarnya sudah pernah diusulkan oleh para founding father kita. Tapi akhirnya diputuskan bukan negara Islam, tapi negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Menurut NU, ini sudah final. Karena NU tidak ingin yang simbolik, tapi pribumisasi nilai-nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga yang menonjol adalah Islam yang ramah bukan Islam yang marah.
Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) berdakwah ke seluruh segmen masyarakat. Sementara untuk kelompok Tionghoa memang masih kurang tergarap. Karena obyek dakwah dari LDNU memang sangat banyak, hampir di seluruh provinsi di NKRI ini. Sehingga ada beberapa daerah dan segmen yang tidak terjangkau.
Tapi kami pernah melakukan kerjasama dengan etnis Tionghoa, misalkan kerja sama dalam masalah kebanjiran di Jakarta atau kerjasama mencari bahan-bahan untuk membantu umat. Tapi secara intensif memang masih belum.
Ajakan berdakwah dari PITI sangat baik sekali. Kita bisa bekerja sama dengan mereka. Kita tidak pilih-pilih. Karena sesama umat Islam kita ini adalah saudara. Dalam NU itu kan ada ukhuwah Islamiyyah, wathoniyyah dan basyariyyah.

Wawancara dengan KH. Nuril Huda (Ketua Lembaga Dawkah Nahdlatul Ulama)
Adib Minanurrachim
Dimuat di SC Magazine Vol I

Tidak ada komentar: