Senin, 11 Februari 2008

PEMBERSIHAN DIRI


Syarat pertama menyelami makrifat adalah niat membersihkan diri dari segala hal yang negatif. Pembersihan diri atau tazkiyah an nafs ini bisa diawali dengan mandi besar.


“SILAHKAN bersihkan pikiran anda dengan keinginan kuat. Biarlah otak anda merespon bahwa Anda ingin bersih. Niatkan dzikir kepada Allah. Rasakan sampai terasa dingin mengalir.”
Kata-kata ustadz Abu Sangkan terasa menjalari keheningan. Merasuk kesadaran tiap orang yang hadir pada Malam Jum’at, 27 Desember 2007, di gedung Sekretariat Shalat Center.
“Duduklah dengan sempurna agar tubuh Anda bisa merespon dengan sempurna,” lanjut ustadz Abu Sangkan. “Ketika hati Anda tunduk berdzikir, biarkan otak Anda terlibat sampai menggetarkan seluruh syaraf-syaraf Anda. Sampai ke ujung-ujung kaki dan tangan Anda. Otaklah yang akan menghantarkan pesan ke seluruh bagian tubuh Anda. Lalu tanamkan keinginan kuat: Ya Allah bersihkanlah hati, pikiran dan tubuhku. Ya Allah tuntunlah aku. Allah.”
Seluruh jama'ah mengikuti instruksi ustadz Abu Sangkan. Beberapa orang bersedekap erat, memeluk tubuhnya. Matanya mengatup, mengheningkan pikir. Menyelami lautan spiritual. Bersedia menerima energi ilahiyyah.
“Jangan ragu, biarlah daya ilahi menjalar ke seluruh syaraf dalam tubuh anda. Jangan sampai ada pikiran negatif. Tanamkan pikiran positif dan ucapkan kalimah Allah-Allah. Otak kita akan merespon ketika tubuh kita menerima energi ilahiyyah. Allahu Akbar, ya Rahman ya Rahim. Terus tanamkan hal positif ini. Allahu Akbar. Lalu 'ikatlah' hingga Anda menjadi baik. Menjadi sayang, menjadi santun. Akhlaknya seperti akhlak Allah... sampai otak belakang Anda menyimpannya.”

Mandi Junub
RELAKSASI di atas merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pengajian Malam Juma’atan yang diselenggarakan di Sholat Center, Jatibening, Bekasi, sekaligus sebagai syukuran kepulangan ustadz Abu Sangkan yang baru datang dari Tanah Suci, Makkah.
Pada malam Jum'at itu, ustadz Abu Sangkan mengupas materi tentang pentingnya niat mandi besar atau mandi junub. Menurutnya, mandi besar itu tidak sekedar mengalirkan air ke seluruh sela-sela tubuh. Tapi juga harus diiringi dengan niat kuat untuk membersihkan jiwa dan raga. “Mandi junub itu tak sekedar membersihkan kotoran dengan air. Tapi harus diniati, dikarepi.”
Mendengar uraian tersebut, mulanya wajah beberapa jama'ah menunjukkan keheranan. “Kok ini yang saya lihat. Aneh ya, kayak nggak ada hubungannya,” kata ustadz Abu Sangkan. “Padahal tidak ada yang zina kan?”.
Tapi begitulah bahasan halaqah Malam Jum’atan. Materinya mengalir begitu saja, sesuai dengan tuntunan ilahi yang diterima.
Sebelum jama'ah lebih kebingungan, ustadz Abu Sangkan menjelaskan bahwa selain merupakan syarat syahnya sholat, mandi besar juga diperuntukkan membersihkan jiwa. Ia membedakan mandi besar secara fiqhiyyah (teori) dan hakikat (falsafi).
”Pernahkah mandi junub dipelajari dengan benar, seperti saat kita sholat? Artinya selama ini kita asal mandi kan? Ini seolah sepele, tapi ini syarat sahnya sholat. Mandi besar itu membersihkan setiap bagian tubuh, semuanya. Semua harus dilakukan dengan niat atau karep yang kuat hingga otak merespon,” jelasnya.
Saat mandi besar dianjurkan untuk melakukan usapan pada seluruh sela-sela tubuh. “Kenapa Rasulullah menyarankan untuk mengelus tiap bagian tubuh yang dialiri air? Ini membangunkan dan mengajak seluruh bagian tubuh kita untuk merasakan apa yang jiwa kita rasakan. Jika Anda mandi dan berdoa, 'Ya Allah bersihkan saya', pasti ada bagian tubuh lainnya yang tidak ikut. Tapi bila kita berdoa sambil mengusapkan tangan mulai dari ujung rambut lalu turun ke muka dan terus ke bawah dengan penuh penghayatan, saat itu sel-sel tubuh kita akan bergetar, itulah respon otak. Seluruh neuron-neuron syaraf akan bergetar dan mengiyakan. Jadi seluruh tubuh harus diniati, dibersihkan sambil diusap, bahkan sampai kemaluan, pantat, sela kaki dan seterusnya,” lanjutnya.
Setelah memberikan penjelasan, lalu ustadz Abu Sangkan mengajak seluruh jama’ah untuk melakukan relaksasi. Seiring semilir angin malam yang terasa menembus tulang, semua hadirin mengikuti instruksi ustadz Abu Sangkan. Gerakan-gerakannya perlahan dan penuh penghayatan.
Selang setengah jam, relaksasi selesai. Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 pagi. Sebelum membubarkan acara yang rutin dilaksanakan setiap Malam Jum’at ini, ustadz Abu Sangkan bertanya kepada seluruh jama'ah, “Adakah korelasinya belajar ketuhanan dengan masalah junub ini?” Sejenak para hadirin terdiam. Selanjutnya tersenyum penuh arti.

Adib Minanurrachim
Dimuat di SC Vol VI

Tidak ada komentar: