Kamis, 27 Desember 2007

SC SURABAYA: PAGUYUBAN SPIRITUAL

JUM’AT malam 3 Agustus lalu, wartawan SC berkunjung ke Spiritual Community (SC) Surabaya. “Wa’alaikum salam. Dari majalah SC? Silahkan masuk. Silahkan,” sambut ramah Iman Irikora, pengurus SC Surabaya ramah di kediamannya, Jl Margorejo Tangsi III No 34 Surabaya. Setelah beramah tamah, Rico mengajak SC ke salah satu rumah makan. “Wawancaranya di KFC saja ya?” ajaknya.
Sambil menikmati hidangan, lelaki ramah ini bercerita tentang awal mula ketertarikannya terhadap spiritualitas dan aktifitasnya di SC Surabaya.
***
MULANYA pria yang akrab disapa Rico ini mengalami kegelisahan tentang cara menjalankan shalat khusyuk. Waktu itu, pada tahun 2004, ketika hendak menunaikan ibadah haji, Rico merasa bahwa shalatnya selama ini tidak bisa khusyuk. “Suatu ketika saya jalan-jalan ke toko buku di Depok. Sebelum masuk, saya berpikir adakah buku tentang pelatihan shalat khusyu? Seiring niat itu, saya masuk ke toko buku. Mendadak bukunya Pak Abu ada di deretan paling depan. Saya langsung kaget. Inilah yang saya cari,” cerita Rico.
Setelah membeli buku dan membacanya, Rico merasa kagum. Tapi kekaguman itu juga diiringi dengan keraguan. “Bisakah saya menjalankan shalat khusyu?” lanjutnya.
Pada Bulan April 2005, untuk kali pertama diselenggarakan pelatihan shalat khusyuk di Surabaya. Tapi saat itu Rico belum bisa mengikutinya. Baru pada Bulan Mei, ia bisa turut serta dalam pelatihan yang diisi oleh Ust. Abu Sangkan. “Alhamdulillah, meski saya banyak tidak mengerti, tapi saya bisa merasakan kenikmatan shalat,” katanya senang.
Setelah mengikuti pelatihan shalat khusyuk, ada perubahan yang dirasakan Rico pada dirinya. Selain mulai mengalami ketenangan jiwa ia juga mulai giat menjalankan ibadah shalat sunnah, seperti shalat tahajud. “Biasanya bila shalat tahajud, siang harinya saya diserang kantuk. Tapi setelah ikut pelatihan, tidak. Begitu pula dengan puasa Senin-Kamis, saya merasa tidak terbebani. Badan saya tetap segar,” lanjutnya.
Setelah merasakan manfaat besar dari pelatihan shalat khusyuk, Rico makin rajin membantu penyelenggaraan pelatihan shalat khusyuk. “Kala itu yang menjadi event orgnizer (EO) adalah teman saya. Saya banyak membantunya. Nah, suatu ketika teman saya tidak bisa melanjutkan pekerjaan itu. Akhirnya saya ditawari Pak Abu agar menjadi EO di Surabaya. Spontanitas saya bersedia dan sangat senang sekali. Karena saya bisa lebih dekat dan bisa menimba ilmu kepada Pak Abu,” katanya.
Sejak saat itu, Rico berperan aktif mengkoordinir teman-temannya ketika hendak mengadakan pelatihan shalat khusyuk. Mulai tahun 2005 hingga saat ini, pelatihan shalat khusyuk bersama Ust Abu Sangkan sudah terselenggara sebanyak 9 kali. “Yang saya pegang itu 4 kali,” tambahnya.
***
MESKI sudah sering diselenggarakan pelatihan shalat khusyuk, tapi sejauh ini pola organisasi SC Surabaya masih paguyuban. Belum ada struktur tetap sebagaimana organisasi umumnya. “Meski belum terorganisir secara rapi, temen-teman banyak yang senang menjadi sukarelawan,” katanya.
Pola organisasi paguyuban yang diterapkan SC Surabaya, sejauh ini juga dipengaruhi oleh kebijakan SC Indonesia yang berkantor di Bekasi Jawa Barat, yakni ketua SC daerah harus memperoleh rekomendasi dari Ust Abu Sangkan. Mengingat rekomendasi itu belum turun, SC Surabaya memilih pola organisasi paguyuban. Meski demikian, kegiatan shalat khusyuk jalan terus. Mulai dari halaqoh dan pelatihan shalat khusyuk yang diisi oleh ustadz-ustadz yang sudah mengiktu Train of Trainer bersama Ust Abu Sangkan. Lebih jauh, SC Surabaya juga memeliki jadwal latihan rutin yang dilaksanakan di Masjid Pertamina setiap minggu ketiga, mulai pukul 8 pagi hingga setelah maghrib. Lebih jauh, SC Surabaya juga menyelenggarakan pelatihan di beberapa kota di Jawa Timur, seperti di Malang, Kediri, Nganjuk dan Ponorogo. Sementara Ustadz yang mengisi acara pelatihan, salah satunya adalah Ust. Abdul Aziz.
Sementara itu, sebagai penyelenggara pelatihan shalat khusyuk, selain memperoleh respon positif, Rico juga banyak memperoleh keluhan dari peserta shalat khusyuk. Di antaranya adalah hilangnya rasa khusyuk selepas mengikuti pelatihan secara bersama-sama. Sehingga di antara mereka ada yang enggan untuk ikut kembali pelatihan shalat khusyuk. Tapi demikian, Rico tidak pernah berhenti mengajak mereka. “Setiap bulan, saya selalu mengirim sms ke sebagian besar dari mereka. Ya responnya macam-macam. Ada yang ogah-ogahan dan seterusnya. Tapi setelah mereka kita datangai dan ajak berlatih kembali, mereka bersemangat kembali,” katanya.
Sementara itu, bila di SC Bandung ada kritikan tentang komersialisasi shalat, maka di Surabaya juga terjadi. Menghadapi hal itu, Rico mengatakan bahwa penafsiran tersebut sama sekali salah. Shalat tidak pernah dijual. Adapun biaya yang mahal itu karena masalah tempat yang dipilih oleh para peserta pelatihan shlat khusyuk.
Menurut Rico, anggapan tersebut muncul, karena sebagian besar dari peserta pelatihan memang orang-orang yang berduit. Tapi bila ditelisik lebih dalam, mereka adalah para pencari kebahagiaan hakiki. Dan mereka menemukannya dalam shalat.
Sementara itu, SC Surabaya tidak menutup keinginan para peserta dari kelas menengah ke bawah. Sejak ada pelatihan TOT, SC Surabaya juga mengadakan pelatihan yang hanya mengenakan biaya 50 ribu rupiah untuk membayar konsumsi dan kebersihan. Adapun materinya sama dengan pelatihan yang diisi oleh Ust Abu Sangkan. Seiring kebijakan ini, suara miring itu mulai mereda.
Meski SC Surabaya masih berbentuk organisasi paguyuban, bukan berarti tidak siap untuk menuju organisasi profesional. Sebab menurut Rico, di beberapa daerah sekitar Jawa Timur banyak orang-orang profesional. Sehingga bila sewaktu-waktu ada kebijakan dari SC pusat untuk segera membentuk organisasi profesional, hal itu tidak sulit. “Kita sudah punya tenaga-tenaga profesional. Jadi andai mau membentuk organisasi itu sudah siap,” kata Rico.
Sebelum mengakhiri dialog, Rico menyampaikan harapannya bahwa ia ingin sekali halaqoh yang ada di Surabaya seperti yasinan yang sudah membudaya di Jawa Timur. “Saya pengin, halaqah itu seperti yasinan. Jadi pergi ke rumah-rumah. Adapun materinya adalah shilatun, sharing pengalaman spiritual dan lainnya,” harapnya.

Adib Minanurrachim
Dimuat di SC Magazine Vol III

Tidak ada komentar: