Sebaik-baik usaha adalah pekerjaan seorang laki-laki yang dikerjakan oleh tangannya sendiri dan jual-beli yang bersih (Hadist)
KEMERDEKAAN adalah fitrah setiap manusia yang lahir di dunia. Menjadi manusia yang merdeka, berarti menjadi manusia yang mandiri, tidak tergantung kepada orang lain dan mampu berdiri di atas kaki sendiri.
Menjadi pribadi yang mandiri memang tak mudah. Setidaknya dibutuhkan kesiapan mental yang kuat untuk mencreate/mencipta sebuah pekerjaan dan juga ketabahan sebagai benteng dari setiap kegagalan yang sewaktu-waktu menimpa dan meruntuhkan mental setiap pribadi.
Pekerjaan yang bertolak dari prinsip kemandirian adalah pekerjaan yang ada karena diciptakan. Bukan sebaliknya. Sehingga, selain menjadi pribadi yang merdeka, ia juga bisa menolong orang lain dengan pekerjaan yang ia ciptakan. Secara tersirat ini selaras dengan hadist yang mengatakan al yadu al ‘ulya khoirun min yadi al-sufla (tangan di atas [memberi] lebih baik daripada tangan di bawah [menerima/meminta])
Menjadi pribadi mandiri yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Setidaknya dibutuhkan jaringan kerja (networking) dan modal (capital). Tapi demikian, di atas jaringan kerja dan modal ada yang lebih utama, yaitu ide-ide segar yang bisa menarik pasar dan investor. Tapi sayang, di antara bangsa Indonesia hanya sedikit yang bisa berbuat demikian. Salah satu sebabnya adalah sistem pendidikan yang kurang mengarahkan generasi bangsa untuk belajar mencipta dan berkreasi sendiri.
Meski budaya mandiri kurang terealisasi, tapi menghasilkan rizki dari sebuah usaha yang bersih adalah lebih baik dari sekedar berdiam diri. Ini seperti tersirat dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan At Thabrani dalam ‘Al Kabir’ dan dalam ‘Al Ausath’ oleh Al Hakim dan Al Bazar dari rafi’ bin Khadij di atas. Hadist tersebut bermula dari sebuah pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah tentang amal usaha yang baik.
Hadist yang menganjurkan setiap pribadi (terutama lelaki dan atau kepala keluarga) untuk menghasilkan rizki dari tangannya sendiri ini, bisa juga dijadikan motivasi untuk menjadi pribadi yang mandiri. Meski untuk semua ini butuh perjuangan yang tiada henti. Wallahu ‘alam.
Adib Minanurrachim
Dimuat di SC Magazine Vol II
Tidak ada komentar:
Posting Komentar